Sejarah Raja Raja Eropa
Terdapat 10 negara yang pernah menjadi kampiun sepak bola di benua Eropa. Jerman dan Spanyol adalah dua negara tersukses di Kejuaraan Piala Eropa, sama-sama mengumpulkan tiga gelar juara.
Jerman paling sering mencapai di final, yaitu sebanyak enam kali, dengan separuhnya sebagai tim Jerman Barat.
Selanjutnya Perancis dan Italia menyusul di belakang Tim Panser dan skuad Matador dengan torehan dua titel.
Sementara, ada enam negara yang masing-masing mengoleksi satu trofi, yakni Rusia/Uni Soviet, Ceko/Cekoslovakia, Denmark, Yunani, Belanda, serta Portugal.
Selain 10 negara yang menjadi juara, ada tiga negara yang menjejak hingga ke babak final. Mereka adalah Serbia (yang kala itu menjadi bagian Yugoslavia) dua kali mencapai babak final (1960, dan 1968), Belgia (1980,) dan Inggris (2020).
Italia merupakan negara terakhir yang menjadi kampiun Eropa. Gli Azzuri meraih trofi untuk kedua kalinya di EURO 2020 setelah mengalahkan Inggris di partai puncak lewat adu pinalti 3 – 2.
Sumber Data:Union of European Football Associations (UEFA)
Infografik:Albertus Erwin Susanto
Pengolah Data:Dwi Erianto
Editor:Topan Yuniarto
Henry Delaunay, menjadi sosok di balik hadirnya Piala Eropa. Sekjen Pengurus Sepak Bola Perancis tersebut melihat perlu menyatukan beragam turnamen di Eropa dalam satu liga gabungan se-Eropa. Saat ini sudah ada Kejuaraan Inggris yang hadir sejak 1883, Piala Nordic yang dimulai tahun 1924, serta Kejuaraan Eropa Tengah di Austria sejak 1927.
Delaunay merupakan salah satu sosok berpengaruh dalam persepakbolaan dunia dan Eropa. Bersama Jules Rimet, Delaunay ikut mendirikan Fédération Internationale de Football Association (FIFA) yang pada akhirnya menggelar Piala Dunia 1930 di Uruguay.
Demi mewujudkan turnamen antarnegara Eropa, Delaunay melobi berbagai negara Eropa Barat maupun Eropa Timur sejak 1950-an. Pada 15 Juni 1954, Delaunay ditunjuk menjadi wakil Perancis saat pembentukan asosiasi sepak bola nasional Eropa atau Union of European Football Associations (UEFA) yang juga digagas negara Belgia dan Italia. Sayangnya, Delaunay tutup usia sebelum kejuaraan sepak bola Eropa atau European Nations Cup yang pertama dilaksanakan tahun 1968.
Sebagai penghargaan atas perannya, trofi yang diperebutkan dalam Piala Eropa atau The European Championship Cup diberi nama Trofi Henry Delaunay. Trofi ini selanjutnya diperebutkan tiap empat tahun.
Laga perdana babak penyisihan kejuaran sepak bola Eropa atau European Nations Cup yang pertama digelar pada 28 September 1958 di Stadion Tsentralni Lenin, Moskwa, Uni Soviet. Pertandingan penyisihan pertama antara Uni Soviet melawan Hungaria. Babak penyisihan hingga perempat final menggunakan sistem gugur dua leg. Sementara itu, putaran final (semifinal dan final) dipusatkan di Perancis.
Namun, beberapa negara seperti Italia, Jerman Barat, maupun Inggris belum ikut serta. Dari 33 negara yang diundang, hanya 17 negara yang ikut serta di European National Cup tahun 1960. Saat turnamen dimulai di Perancis, jumlah rata-rata penonton di stadion hanya sekitar 10.000 orang. Final Uni Soviet – Yugoslavia di Stadion Parc des Princes di Paris, ditonton sekitar 17.000 orang. Kala itu, Uni Soviet mengalahkan Yugoslavia 2-1, melalui perpanjangan waktu. Kiper Uni Soviet, Lev Yashin menjadi bintang Piala Eropa 1960.
Partisipasi negara-negara di Eropa meningkat di perhelatan European National Cup kedua tahun 1964. Dari 33 negara yang diundang, ada 29 negara yang berpartisipasi. Spanyol ditunjuk sebagai tuan rumah untuk pertandingan semifinal dan final. Babak penyisihan diselenggarakan dengan sistem kandang dan tandang, sampai babak perempat final. Partai final antara Spanyol dan Uni Soviet, di Stadion Chamatin, Madrid, mencatat rekor jumlah penonton, 120.000 orang. Spanyol menang dengan skor 2-1 atas Spanyol.
KOMPAS/MH SAMSUL HADI
Sehari menjelang kick off Piala Eropa 2012, Kamis (7/6/2012), fan zone di kompleks Palace of Culture and Science, Warsawa, Polandia, sudah menghadirkan pesta berupa pertunjukan musik. Lebih dari 10.000 warga tumpah ruah di tempat tersebut.
Kejuaraan sepak bola Eropa yang ketiga, pada tahun 1968, resmi disebut The European Championship, yang sebelumnya disebut European Nations Cup. Turnamen 1968 memakai sistem babak penyisihan grup (delapan grup) menggantikan sistem gugur di turmanen sebelumnya. Perubahan juga dilakukan pada putaran kualifikasi dengan memberlakukan format grup. Sementara, format empat besar dengan satu negara tuan rumah tetap dipakai. Tuan rumah baru dipilih setelah peserta empat besar diketahui.
Italia menjadi tuan rumah penyelenggaraan putaran final. Tiga stadion dipilih untuk mementaskan semifinal, perebutan tempat ketiga, serta final, yaitu Comunale di Florence, San Paolo di Napoli, dan Olimpico di Roma.
Selain diikuti 31 negara, untuk pertama kalinya juara dan finalis Piala Dunia 1966, Inggris dan Jerman Barat (Jerbar), ikut serta. Juara ketiga Piala Dunia 1966, yakni Portugal, Uni Soviet, Spanyol, Italia, Perancis, dan Belanda pun turut serta.
Sayangnya, Jerman Barat dan Belanda gagal di penyisihan grup. Sedangkan, Italia-Uni Soviet dan Yugoslavia-Inggris lolos ke babak final. Final Italia-Yugoslavia dilakukan dua kali, karena yang pertama berakhir dengan skor 1-1. Dalam final ulangan, dua hari setelah final pertama Italia menang 2-0.
Ketertarikan negara Eropa untuk turut serta di The European Championship bertambah pada perhelatan tahun 1972. Kejuaraan sepak bola Piala Eropa tahun 1972 diikuti 32 negara. Babak penyisihan dibagi menjadi delapan grup, masing-masing diisi empat negara. Belgia ditunjuk sebagai tuan rumah untuk partai semifinal dan final. Namun, Jerman Barat menjadi juara mengalahkan Uni Soviet dengan skor 3-0.
Penjaga gawang Bulgaria, Daniel Naumov memblok bola tendangan pemain Perancis pada pertandingan persahabatan sebagai pemanasan menjelang turnamen Piala Eropa 2020 di Stade De France, Saint-Denis, Paris, Rabu (9/6/2021) dini hari WIB.
Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.
Wenn dies deiner Meinung nach nicht gegen unsere Gemeinschaftsstandards verstößt,
Let’s watch this show on the app!
Scan this QR to download the Vidio app.
Tiongkok kuno adalah sebuah negeri dimana para dewa dan manusia hidup berdampingan dan menciptakan sebuah kebudayaan yang terinspirasi oleh dewata. Maka telah menjadikan sejarah dan mitologi Tiongkok dahulu semuanya saling jalin menjalin. Serial “Mitos-Sejarah” kita yang baru memperkenalkan kepada Anda karakter-karakter utama dari legenda Tiongkok yang luar biasa.
Naga. Dalam cerita Tiongkok kuno bentuk dan ukurannya ada beragam. Mereka bisa baik bisa juga jahat. Mereka terbang ke langit tertinggi dan menyelam sampai ke dasar lautan. Mereka bermain dengan burung phoenix dan dengan mutiara. Mereka adalah simbol kebijakan, kaisar, dan alam diluar dunia manusia.
Naga yang jinak dari Tiongkok adalah hewan suci dengan karakteristik sembilan hewan. Mereka juga mempunyai kemampuan supranatural yang sangat beragam: mereka mampu mengendalikan air, api, angin, dan es; hidup di tiga alam; berubah wujud; menghembuskan awan; dan banyak lainnya
Dan, seperti yang akan kita saksikan, mereka yang menjadi raja naga mempunyai pasukan yang terdiri atas tentara udang, jenderal kepiting, penyu, dan ikan karper, di bawah komando mereka.
Setiap tetes air — dari lautan terbesar sampai di aliran air terkecil, riak, atau bahkan sumur— berada di bawah kekuasaan seekor naga. Legenda menceritakan bahwa Dewi Pencipta (Nü Wa) menugaskan empat naga untuk mengatur Empat Lautan yang mengitari Benua Timur. Sejak itu, Raja-raja Naga tersebut telah menguasai Istana Kristal nan megah di dasar lautan.
Istana Kristal dibangun serupa dengan istana-istana kerajaan di darat, namun dilengkapi dengan fitur bawah air yang eksotis: gerbang megah berhiaskan batu permata memperlihatkan kompleks bangunan kristal yang tembus cahaya, cangkang kerang warna-warni yang menghiasi atap miring istana, dan ukiran timbul berbentuk naga yang melingkari pilar berhiaskan mutiara. Sang Raja Naga memerintah di atas singgasana giok dengan gemerlap batu-batu permata. Di sepanjang kompleks bangunan, terdapat jalan setapak yang beralaskan kerang yang mengarah ke taman karang pink dengan hamparan rumput laut lebat yang bergoyang mengikuti arus laut.
Raja Naga dari laut Timur, Selatan, Barat, dan Utara biasanya digambarkan seperti seorang manusia dengan kepala naga, yang mengenakan pakaian kerajaan. Mereka adalah pelindung wilayah serta para makhluk bawah air yang berada dalam cakupan wilayahnya masing-masing. Sesuai perintah dari Kaisar Langit, mereka mengendalikan cuaca dan curah hujan untuk daerah sekitar mereka.
Banyak kisah sejarah yang menceritakan para Raja Naga ini. Cerita yang paling populer adalah Penganugerahan Dewa dan Perjalanan ke Barat.
Sepanjang tahun, episode-episode dari kisah-kisah ini juga muncul dalam program tarian Shen Yun. Namun keseluruhan ceritanya isinya lebih detail dan keganjilannya tidak dapat dipakai dalam drama tari. Dan bagian terbaiknya? Setiap anekdot berasal dari mitos-sejarah inspirasi dewata, dan terpadu menjadi satu kisah menakjubkan yang meliputi langit, bumi, dan laut.
Drama tari Raja Kera dan Istana Naga dalam pertunjukan Shen Yun tahun 2016, menampilkan Raja Naga Laut Timur. Raja Kera, tokoh protagonis kita, sedang mencari senjata istimewa. Seekor kera senior mengatakan kepadanya bahwa senjata yang dia cari itu mungkin berada di Istana Naga Laut Timur. Sang Raja Kera menyelam ke bawah laut, membuat keributan di istana, dan mengambil sebuah tongkat magis seberat 13.500 pon. Kemudian dia melesat pergi dan kembali ke guanya, yang tersembunyi di balik air terjun di Gunung Bunga-Buah.
Itu akhir ceritanya bukan? Belum. Dalam versi lengkapnya, sang Kera belum puas. Setelah memperoleh senjata sakti, dia kembali lagi dan meminta pakaian yang sepadan. Karena desakan yang terus-menerus, Raja Naga membunyikan lonceng dan drum untuk memanggil saudara-saudaranya yang juga raja dari laut-laut sebelah. Bersama-sama, mereka memberikan sang Kera baju besi emas, sebuah helm bersayap phoenix, dan sepatu lotus untuk berjalan di atas awan. Mewah dan mencolok. Setelah itu barulah sang kera nakal menghilang.
Seorang Murid Keempat
Drama Shen Yun Asal usul Raja Kera, Raja Kera Menangkap Pigsy, dan Biksu Pasir Diberkati, semua menceritakan kisah-kisah tentang bagaimana ketiga murid yang berbeda direkrut untuk menemani Biksu Tang dalam perjalanan sucinya. Namun dalam novel klasik, mereka mendapat bantuan dari makhluk lain: Kuda Naga Putih.
Ketika Dewi Welas Asih merekrut para penjaga untuk Biksu Tang, pilihannya jatuh pada seekor naga yang akan dihukum mati—anak ketiga dari Raja Naga Laut Barat yang tidak sengaja menghancurkan mutiara ayahnya yang tak ternilai.
Sang Dewi membuat perjanjian dengan mahkluk yang diliputi kesedihan ini, yaitu dia akan menjadi kuda untuk si biksu, dengan menjanjikan kebebasan serta wujud asli di akhir perjalanan. Dalam bab terakhir, kuda bangsawan ini menyelam ke dalam Kolam Perubah Naga. Dia mendapatkan kembali tanduk, sisik emas, dan kumis serta janggut peraknya, dia juga menerima gelar terhormat.
Diselamatkan oleh Sang Raja Es
Setelah mereka semua menjadi satu rombongan sahabat, yang terdiri dari si Kera, Biksu, serta rekan-rekan, Para Raja Naga beberapa kali menyelamatkan mereka. Dalam satu episode, keempatnya ditangkap oleh monster di Gunung Singa dan dimasukkan ke dalam pemanas raksasa. (Dim sum suci!) Karena satu gigitan daging Biksu Tang dapat memberikan keabadian, di sepanjang perjalanan hampir setiap makhluk jahat ingin menggigitnya.
Untungnya, si Kera berhasil memanggil Raja Naga Laut Utara—sang penguasa es dan salju. Terbang di atas awan ajaib, sang raja berubah menjadi angin dingin untuk melindungi si biksu dari api yang memasaknya; menghindarkan mereka (sekali lagi) dari menjadi santapan para siluman ... setidaknya sampai mereka menghadapi kesulitan berikutnya dalam perjalanan ke barat.
Akibat dari Mengaduk Laut
Drama tari Shen Yun 2014 yang berjudul Mengaduk Laut adalah berdasarkan pada satu dari 100 lebih kisah dalam novel klasik Penganugerahan Dewa. Setelah beberapa tarian, tirai ditutup pada adegan Ne Zha membunuh naga jahat, yang ternyata adalah putra Raja Naga Laut Timur.
Namun kisahnya berlanjut: Raja Naga dan saudara-saudaranya mengancam untuk membanjiri kota asal Ne Zha. Mereka juga membawa keluhan mereka ke pengadilan langit Maharaja Giok untuk menuntut keluarga Ne Zha. Sadar terancam, bocah super ini mengorbankan tubuhnya sendiri untuk menyelamatkan semua orang. Tersentuh oleh sikap bakti Ne Zha, Raja Naga melupakan dendamnya dan kembali ke Istana Kristal.
Kisahnya tidak berakhir di sini. Pada waktunya, seorang master Tao membangkitkan kembali Ne Zha dari saripati teratai dan membuat anak ini menjadi lebih super.
Para naga dan Ne Zha memiliki banyak petualangan bersama dengan karakter yang tak terhitung jumlahnya dari mitos-sejarah Tiongkok kuno yang mengagumkan. Kita akan mengisahkan lebih banyak lagi, kisah dari beragam pahlawan ini di bulan depan.
Buku Sejarah Gelap Raja dan Ratu Eropa ini menawarkan potret menakjubkan dari sisi gelap monarki Eropa dimana terdapat kisah-kisah penuh skandal, misteri, dan tipuan. Buku ini mengupas semua kemewahan itu untuk menunjukkan apa yang sebenarnya terjadi di dalam koridor istana, kamar tidur, dan penjara-penjara bawah tanah dari kerajaan-kerajaan di Eropa sejak awal abad pertengahan hingga masa kini. Saya akan membahas ringkasan buku ini per bab, yang pertama (bab 1) yaitu sejarah gelap Raja Philip IV dari Prancis dan para ksatria Templar. Philip IV yang dijuluki si kuning langsat, menjadi Raja Prancis pada tahun 1285, ia memberikan tuduhan-tuduhan yang sepenuhnya direkayasa yang sudah dirancang untuk musuh bebuyutan nya Sang pemimpin besar Jacques de Molai yaitu dakwaan-dakwaan yang mencakup penyangkalan terhadap kristus dan para muridnya, penghujatan, serta praktik-praktik sodomi dan homoseksual yang dikatakan merupakan hal yang lazim di dalam ordo yang lebih dikenal dengan nama Para Ksatria Templar. De Molai yang saat itu sudah berusia 7 tahun yang pada masa itu sudah dianggap sebagai usia tua yang ekstrem. Ia merasa sangat malu karena mengaku melakukan sejumlah tuduhan yang diberikan kepadanya akibat ketakutan akan penderitaan yang disebabkan oleh siksaan dan kematian dengan dibakar di tiang sula. Namun kali ini ia menemukan keberanian laten dan, meskipun paham akan konsekuensi-konsekuensinya, ia memutuskan untuk menarik kembali pengakuannya. Beberapa jam setelah sang pemimpin besar menarik pengakuannya, ia dan de Charnay dibawa ke Ile-des-javaux, sebuah pulau kecil di sungai Seine yang terletak antara taman-taman kerajaan dan biara Saint-Augustin. Kedua pria ini diikat pada tiang sula, kayu-kayu yang ditumpuk dibawah mereka dinyalakan dan mereka dibakar sampai mati.
© 2024 — Senayan Developer Community
Dortmund - Cristiano Ronaldo mencapai semua rekor di kompetisi Liga Champions dan terbaru di Euro. CR7 bak menjadi 'Raja' di Eropa!